BI tegaskan bank modal inti Rp 1 triliun paling banyak masalah

MERDEKA.COM. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perbankan kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II yang mempunyai modal Rp1 triliun hingga Rp 5 triliun paling banyak memiliki kredit bermasalah. Nilainya NPL mencapai mencapai 1,35 persen.
Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan II Endang Kusulanjari menilai meski paling tinggi diantara kategori bank lainnya, tingkat kredit bermasalah di industri perbankan masih terkendali.
"Non Performing Loan (NPL) nettnya, perbankan nasional berhasil mencatat di level 1,01 persen. Jadi resiko kredit bank masih aman. Kalau kita menggunakan threshold itu sekitar 5 persen," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (30/5).
Dia mengatakan untuk mengantisipasi lonjakan NPL yang terlalu tinggi, OJK terus mengingatkan perbankan nasional untuk bisa menyalurkan kreditnya dengan tepat dan tidak sembarangan. "Jika bank tersebut tidak hati-hati dalam penyaluran kreditnya maka hal tersebut bisa berdampak pada peningkatan NPL," jelas dia.
Catatan OJK per Maret 2014 pada BUKU I dengan modal inti mulai dari Rp 100 miliar sampai di bawah Rp 1 triliun NPL nya mencapai 0,99 persen. Lalu pada bank BUKU III yang memiliki modal inti sebesar Rp 5 hingga Rp 30 triliun NPL mencapai 1,28 persen
Sementara pada perbankan dengan kategori BUKU IV yang memiliki modal mulai Rp 30 triliun, NPL hingga Maret 2014 mencapai 0,67 persen. "Bank besar itu kan kreditnya besar. Jadi memang pembagiannya juga besar," ungkapnya.
Kridit bermasalah paling tinggi terdapat dalam sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). NPL UMKM mencapai Rp 23,55 triliun atau sekitar 19,47 persen dari porsi UMKM terhadap total penyaluran kredit UMKM yakni sebesar Rp 643 triliun.
Untuk NPL gross UMKM itu mencapai 3,66 persen. Di bank BUKU I NPL grossnya 5,09 persen, bank BUKU II 4,91 persen, lalu bank BUKU III sebesar 2,99 persen dan bank BUKU IV NPL nya mencapai 3,44 persen.
0 komentar:
Posting Komentar