SUMBER : NOVA 1341/XXVI 4-10 NOVEMBER
2013
LAPIS BOGOR SANGKURIANG
Kejelian perempuan yang besar di
Bogor ini dalam membaca peluang di Kota Hujan, membuat kue buatannya, LAPIS
BOGOR SANGKURIANG laris manis diburu pembeli. Padahal Rizka Wahyu Romadhona sempat sukses melalui usaha bakso yang
memiliki 20 cabang dengan sistem kemitraan. Namun karena adanya mismanagement,
omzet terus menurun dan akhirnya mengalami kebangkrutan. “Tak hanya itu,
cicilan rumah kami empat bulan tak bisa terbayar, mobil terpaksa dijual, tiga
motor operasional pun ditarik kembali oleh leasing,” ujar Rizka saat ditemui
ditempat usahanya.
Kondisi keuangan yang benar-benar
minus, memaksa Rizka berpikir keras akan penganan yang bisa dijual tapi punya
keunikan. Akhirnya terbesit ide membuat oleh-oleh berupa kue lapis talas dengan
nama Lapis Bogor Sangkuriang. “Kami terinspirasi dari Lapis Surabaya. Jadi,
kenapa di Bogor tidak ada Lapis Bogor? Bogor kan kota Pariwisata. Tiap akhir
pekan selalu macet oleh wisatawan. Kami pikir, jika bisa menjaring 10 persen
saja dari mereka untuk membeli produk kami, sudah lumayan.”
Nah, lantaran
Bogor identik dengan talas, maka jenis umbi-umbian ini pun diolah menjadi
makanan modern. Padahal, Rizka mengakui, dirinya tak mahir membuat kue. Ia
hanya mencoba-coba memodifikasi resep yang dipelajari dari ibunya. “Kebetulan
ibu suka membuat kue rumahan. Saya juga pernah bikin kue. Tapi yang saya bisa,
ya, lapis Bogor ini.”
Hanya bermodal
Rp. 500.000.- dari peninggalan bisnis bakso, Rizka dan suami bergerilya membeli
bahan baku dan alat pengukus. Oleh karena hanya dikerjakan berdua, mereka
memulai produksi sejak pukul 06.00 hingga pukul 04.00 esok harinya. Tak punya
outlet untuk menjual produknya, merekapun mendatangi kantor-kantor juga orang
terdekat. Seperti setelah mendapat pesanan dari tetangga, Rizka mulai
menawarkan kue lapisnya ke teman-teman kampus, keluarga lain, kelompok
pengajian dan komunitas, seperti komunitas entrepreneur. Tak patah arang, ia
juga menjajal ke instansi pemerintah. Beruntung pihak Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Dispenrindag) merespon baik, bahkan Rizka ditawari menjadi mitra
binaan mereka. “Saya sering diajak pameran dan berbagai pelatihan. Saya juga
coba masuk ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, karena dikemasan kue lapis ini
tercantum slogan “Visit Bogor”. Alhamdulillah, respon mereka juga positif.”
Selanjutnya bisa
ditebak, kue lapis Rizka makin merajalela. Produknya dikenalkan ke Persatuan
Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota dan Kabupaten Bogor. Semula hanya
satu, Lapis Bogor Keju. Tapi sekarang ada Lapis Bogor Talas, Lapis Bogor
Brownies Talas, dan Lapis Bogor teh Bogor (green tea). “Kini dalam proses
produksi kami berusaha meminimalisir sentuhan tangan selama proses produksi.
Jadi, hampir semua proses menggunakan mesin, termasuk mengoles krim
lapisannya.”
Begitupun dalam
penggunaan kemasan. Rizka mendapat banyak pembelajaran. “Setelah ikut beberapa
pelatihan saya baru sadar packaging itu penting banget. Jadi saya mulai
mengganti kemasan jadi pakai boks. Hasilnya, orangg-orang jadi makin tertarik
dan lonjakan penjualnya lumayan.”
Dari hanya dua
boks,kini hasil penjualan mencapai 2.000 boks perhari dengan harga Rp.25-30
ribu perboks. Outlet pertama berada di Jalan Baru (Jalan Soleh Iskandar), Bogor
sejak Desember 2011. Empat bulan kemudian, ia membuka outlet di Jalan Pajajaran
dan di Puncak pada Desember 2012. Semakin berkembang, Rizka juga sudah punya
pabrik sendiri di Tanah Baru, Bogor.
Ciri khas Lapis
Bogor ini tentu mengguanakan talas, teksturnya sangat lembut dan rasanya tak terlalu
manis. Biasanya dijadikan oleh-oleh, dikonsumsi sendiri, arisan , rapat, dan
lainnya. “Kami juga sering diminta Istana Negara di Bogor dan Cipanas untuk
berbagai acara. Ketika Ibu Ani Yudhoyono ulang tahun beberapa waktu lalu, kue
kami dijadikan sebagai souvenirnya. Artis juga banyak yang beli kesini. Mereka
tahu dari media dan media sosial.”
Saking larisnya
jumlah pembelian dibatasi maksimal lima boks per orang. Bukan apa-apa, sebab
baru satu jam dikirim, kue sudah habis karena satu orang bisa membeli dalam
jumlah banyak. Sehingga, pembeli berikutnya tak kebagian, terutama wisatawan
yang datang dari luar kota diakhir pekan.
Ternyata setelah
ditilik, orang yang beli dalam jumlah banyak ini menjual lagi dengan mobil di
tempat parkir depan outlet milik Rizka. Selain dipatok harga tinngi, kue itu
tak bisa dijamin kualitasnya. Komplain pun pernah ia terima meski si pembeli
tak membeli langsung di outlet miliknya. “Kue Lapis Bogor ini tak menggunakan
pengawet, sehingga rentan terhadap panas. Jika biasanya masa kadaluarsa empat
hari, bisa jadi hanya dua hari karena dijual ditempat yang terkena sinar
matahari.”
Lewat akun
Facebook Lapis Bogor dan Twitter @LapisBogor Rizka pun bertekad terus mengelola
usahanya tanpa sistem waralaba. “Dulu, Cuma saya dan suami yang kelola.
Sekarang suami hanya mengurusi operasional, sementara saya mengurusi
manajemen,” ujar peraih beberap peraih penghargaan wirausaha ini.
JURNAL
LATAR BELAKANG
Tugas ini saya buat untuk melengkapi
tugas Kewiraushaan 2. Tugas kali ini membuat jurnal dari artikel usaha-usaha
yang ada disekitar kita. Yang tentunya akan sangat berkaitan dengan mata kuliah
Kewirausahaan. Karena disini kita akan mengidentifikasikan mengenai usaha,
mengenai 5W+1H usaha tersebut.
Artikel yang saya ambil kali ini
mengenai usaha kuliner yang sedang populer beberapa tahun terakhir ini. Usaha
ini dilakukan oleh Rizka Wahyu Romadhona
beserta suami yang tinggal di kota Bogor yang juga sudah identik dengan
Talas Bogor ini akhirnya membuat kue berbahan dasar Talas sehingga usahanya bernama
Lapis Bogor Sangkuriang.
Berdasarkan pengalaman yang telah
dirasakan oleh Rizka yang sebelumnya juga sudah berbisnis cukup sukses dengan
usaha bakso yang memiliki 20 cabang namun ternyata mengalami kebangkrutan
dikarenakan adanya mismanagement. Ternyata tak menyurutkan niat Rizka untuk
terus berbisinis selain untuk mengembalikan posisi keuangan yang telah jatuh
juga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih lagi, dengan kejeliannya dia
berhasil mendapatkan peluang utnutk berbisnis kue yang diberi nama Lapis Bogor
Sangkuriang.
PEMBAHASAN
Nama Usaha : Lapis Bogor Sangkuriang
Nama Pemilik : Rizka Wahyu Romadhona
Tempat Usaha : 1. Jalan Baru
(Jalan Soleh Iskandar), Bogor
2. Jalan Pajajaran dan di Puncak, Bogor
Akun Media
Sosial
Facebook : Lapis Bogor
Twitter : @LapisBogor
Usaha ini yang
dimulai dengan mengandalkan modal yang tidak seberapa dari sisa modal bisnis
sebelumnya ternyata tidak menghalangi Rizka untuk memulai usaha barunya. Dengan
terus berpikir, mencoba dan kejeliannya dalam membaca peluang Rizka akhirnya
dapat membangun bisnis barunya yang bernama Lapis Bogor Sangkuriang. Diawali
Rizka yang sebenarnya tak mahir dalam membuat kue tapi dengan terus mencoba
belajar membuat kue dari resep ibunya dan memodifikasikannya akhrinya terciptalah
resep buatannya sendiri. Dari situ dia terus menawarkan kue buatannya ke teman,
keluarga lain, dan komunitasnya. Dia juga mencoba di instansi pemerintahannya seperti
Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan
hasilnya ada tanggapan positif dan dari situ dia juga mendapat kesempatan untuk
mengikuti berbagai pelatihan agar bisnisnya bisa lebih sukses sehingga terjadi
kesalahan yang sama seperti bisnisnya terdahulu dan banyak saran yang diberikan
agar produknya menjadi lebih baik lagi dari segi kualitas dan kuantitas.
KESIMPULAN
Setelah saya
baca artikel ini dapat saya simpulkan bahwa usaha ini sangat menjanjikan.
Setelah apa yang dialami oleh Rizka
Wahyu Romadhona yang sebelumnya telah mengalami kebangkrutan dalam berbisnis
bakso tidak menyurutkan niatnya untuk terus berbisnis sehingga hanya dengan
modal yang tersisa dari bisnis sebelumnya dia berjuang untuk membangun bisnis
terbarunya. Disini Rizka telah belajar dari pengalaman sebelumnya yang
mismanagement dalam usaha baksonya sehingga kini dalam menjalankan bisnis
barunya Rizka menggandeng instansi pemerintah Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Dispenrindag) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sehingga ia
ditawari menjadi mitra binaan mereka sehingga Rizka bisa mengikuti berbagai
pelatihan dan pameran sehingga pengalaman dan pengetahuan Rizka pun terus
bertambah. Ini memang yang
dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis diperlukan sebuah tekad kuat,
keyakinan, pengalaman, konsisten, tanggung jawab dan menerima resiko yang akan
terjadi. Dengan begitu, akan tercipta bisnis yang sukses.