Minggu, 17 November 2013

Jurnal usaha

SUMBER : NOVA 1341/XXVI 4-10 NOVEMBER 2013
LAPIS BOGOR SANGKURIANG
Kejelian perempuan yang besar di Bogor ini dalam membaca peluang di Kota Hujan, membuat kue buatannya, LAPIS BOGOR SANGKURIANG laris manis diburu pembeli. Padahal Rizka Wahyu Romadhona sempat sukses melalui usaha bakso yang memiliki 20 cabang dengan sistem kemitraan. Namun karena adanya mismanagement, omzet terus menurun dan akhirnya mengalami kebangkrutan. “Tak hanya itu, cicilan rumah kami empat bulan tak bisa terbayar, mobil terpaksa dijual, tiga motor operasional pun ditarik kembali oleh leasing,” ujar Rizka saat ditemui ditempat usahanya.
Kondisi keuangan yang benar-benar minus, memaksa Rizka berpikir keras akan penganan yang bisa dijual tapi punya keunikan. Akhirnya terbesit ide membuat oleh-oleh berupa kue lapis talas dengan nama Lapis Bogor Sangkuriang. “Kami terinspirasi dari Lapis Surabaya. Jadi, kenapa di Bogor tidak ada Lapis Bogor? Bogor kan kota Pariwisata. Tiap akhir pekan selalu macet oleh wisatawan. Kami pikir, jika bisa menjaring 10 persen saja dari mereka untuk membeli produk kami, sudah lumayan.”
Nah, lantaran Bogor identik dengan talas, maka jenis umbi-umbian ini pun diolah menjadi makanan modern. Padahal, Rizka mengakui, dirinya tak mahir membuat kue. Ia hanya mencoba-coba memodifikasi resep yang dipelajari dari ibunya. “Kebetulan ibu suka membuat kue rumahan. Saya juga pernah bikin kue. Tapi yang saya bisa, ya, lapis Bogor ini.”
Hanya bermodal Rp. 500.000.- dari peninggalan bisnis bakso, Rizka dan suami bergerilya membeli bahan baku dan alat pengukus. Oleh karena hanya dikerjakan berdua, mereka memulai produksi sejak pukul 06.00 hingga pukul 04.00 esok harinya. Tak punya outlet untuk menjual produknya, merekapun mendatangi kantor-kantor juga orang terdekat. Seperti setelah mendapat pesanan dari tetangga, Rizka mulai menawarkan kue lapisnya ke teman-teman kampus, keluarga lain, kelompok pengajian dan komunitas, seperti komunitas entrepreneur. Tak patah arang, ia juga menjajal ke instansi pemerintah. Beruntung pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dispenrindag) merespon baik, bahkan Rizka ditawari menjadi mitra binaan mereka. “Saya sering diajak pameran dan berbagai pelatihan. Saya juga coba masuk ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, karena dikemasan kue lapis ini tercantum slogan “Visit Bogor”. Alhamdulillah, respon mereka juga positif.”
Selanjutnya bisa ditebak, kue lapis Rizka makin merajalela. Produknya dikenalkan ke Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota dan Kabupaten Bogor. Semula hanya satu, Lapis Bogor Keju. Tapi sekarang ada Lapis Bogor Talas, Lapis Bogor Brownies Talas, dan Lapis Bogor teh Bogor (green tea). “Kini dalam proses produksi kami berusaha meminimalisir sentuhan tangan selama proses produksi. Jadi, hampir semua proses menggunakan mesin, termasuk mengoles krim lapisannya.”
Begitupun dalam penggunaan kemasan. Rizka mendapat banyak pembelajaran. “Setelah ikut beberapa pelatihan saya baru sadar packaging itu penting banget. Jadi saya mulai mengganti kemasan jadi pakai boks. Hasilnya, orangg-orang jadi makin tertarik dan lonjakan penjualnya lumayan.”
Dari hanya dua boks,kini hasil penjualan mencapai 2.000 boks perhari dengan harga Rp.25-30 ribu perboks. Outlet pertama berada di Jalan Baru (Jalan Soleh Iskandar), Bogor sejak Desember 2011. Empat bulan kemudian, ia membuka outlet di Jalan Pajajaran dan di Puncak pada Desember 2012. Semakin berkembang, Rizka juga sudah punya pabrik sendiri di Tanah Baru, Bogor.
Ciri khas Lapis Bogor ini tentu mengguanakan talas, teksturnya sangat lembut dan rasanya tak terlalu manis. Biasanya dijadikan oleh-oleh, dikonsumsi sendiri, arisan , rapat, dan lainnya. “Kami juga sering diminta Istana Negara di Bogor dan Cipanas untuk berbagai acara. Ketika Ibu Ani Yudhoyono ulang tahun beberapa waktu lalu, kue kami dijadikan sebagai souvenirnya. Artis juga banyak yang beli kesini. Mereka tahu dari media dan media sosial.”
Saking larisnya jumlah pembelian dibatasi maksimal lima boks per orang. Bukan apa-apa, sebab baru satu jam dikirim, kue sudah habis karena satu orang bisa membeli dalam jumlah banyak. Sehingga, pembeli berikutnya tak kebagian, terutama wisatawan yang datang dari luar kota diakhir pekan.
Ternyata setelah ditilik, orang yang beli dalam jumlah banyak ini menjual lagi dengan mobil di tempat parkir depan outlet milik Rizka. Selain dipatok harga tinngi, kue itu tak bisa dijamin kualitasnya. Komplain pun pernah ia terima meski si pembeli tak membeli langsung di outlet miliknya. “Kue Lapis Bogor ini tak menggunakan pengawet, sehingga rentan terhadap panas. Jika biasanya masa kadaluarsa empat hari, bisa jadi hanya dua hari karena dijual ditempat yang terkena sinar matahari.”
Lewat akun Facebook Lapis Bogor dan Twitter @LapisBogor Rizka pun bertekad terus mengelola usahanya tanpa sistem waralaba. “Dulu, Cuma saya dan suami yang kelola. Sekarang suami hanya mengurusi operasional, sementara saya mengurusi manajemen,” ujar peraih beberap peraih penghargaan wirausaha ini.
JURNAL
LATAR BELAKANG
Tugas ini saya buat untuk melengkapi tugas Kewiraushaan 2. Tugas kali ini membuat jurnal dari artikel usaha-usaha yang ada disekitar kita. Yang tentunya akan sangat berkaitan dengan mata kuliah Kewirausahaan. Karena disini kita akan mengidentifikasikan mengenai usaha, mengenai 5W+1H usaha tersebut.
Artikel yang saya ambil kali ini mengenai usaha kuliner yang sedang populer beberapa tahun terakhir ini. Usaha ini dilakukan oleh Rizka Wahyu Romadhona beserta suami yang tinggal di kota Bogor yang juga sudah identik dengan Talas Bogor ini akhirnya membuat kue berbahan dasar Talas sehingga usahanya bernama Lapis Bogor Sangkuriang.
Berdasarkan pengalaman yang telah dirasakan oleh Rizka yang sebelumnya juga sudah berbisnis cukup sukses dengan usaha bakso yang memiliki 20 cabang namun ternyata mengalami kebangkrutan dikarenakan adanya mismanagement. Ternyata tak menyurutkan niat Rizka untuk terus berbisinis selain untuk mengembalikan posisi keuangan yang telah jatuh juga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih lagi, dengan kejeliannya dia berhasil mendapatkan peluang utnutk berbisnis kue yang diberi nama Lapis Bogor Sangkuriang.
PEMBAHASAN
Nama Usaha   : Lapis Bogor Sangkuriang
Nama Pemilik             : Rizka Wahyu Romadhona
Tempat Usaha : 1. Jalan Baru (Jalan Soleh Iskandar), Bogor
                                   2. Jalan Pajajaran dan di Puncak, Bogor
Akun Media Sosial
Facebook            : Lapis Bogor
Twitter                                 : @LapisBogor
Usaha ini yang dimulai dengan mengandalkan modal yang tidak seberapa dari sisa modal bisnis sebelumnya ternyata tidak menghalangi Rizka untuk memulai usaha barunya. Dengan terus berpikir, mencoba dan kejeliannya dalam membaca peluang Rizka akhirnya dapat membangun bisnis barunya yang bernama Lapis Bogor Sangkuriang. Diawali Rizka yang sebenarnya tak mahir dalam membuat kue tapi dengan terus mencoba belajar membuat kue dari resep ibunya dan memodifikasikannya akhrinya terciptalah resep buatannya sendiri. Dari situ dia terus menawarkan kue buatannya ke teman, keluarga lain, dan komunitasnya. Dia juga mencoba di instansi pemerintahannya seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan hasilnya ada tanggapan positif dan dari situ dia juga mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan agar bisnisnya bisa lebih sukses sehingga terjadi kesalahan yang sama seperti bisnisnya terdahulu dan banyak saran yang diberikan agar produknya menjadi lebih baik lagi dari segi kualitas dan kuantitas.

KESIMPULAN
Setelah saya baca artikel ini dapat saya simpulkan bahwa usaha ini sangat menjanjikan. Setelah apa yang dialami oleh Rizka Wahyu Romadhona yang sebelumnya telah mengalami kebangkrutan dalam berbisnis bakso tidak menyurutkan niatnya untuk terus berbisnis sehingga hanya dengan modal yang tersisa dari bisnis sebelumnya dia berjuang untuk membangun bisnis terbarunya. Disini Rizka telah belajar dari pengalaman sebelumnya yang mismanagement dalam usaha baksonya sehingga kini dalam menjalankan bisnis barunya Rizka menggandeng instansi pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dispenrindag) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sehingga ia ditawari menjadi mitra binaan mereka sehingga Rizka bisa mengikuti berbagai pelatihan dan pameran sehingga pengalaman dan pengetahuan Rizka pun terus bertambah. Ini memang yang dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis diperlukan sebuah tekad kuat, keyakinan, pengalaman, konsisten, tanggung jawab dan menerima resiko yang akan terjadi. Dengan begitu, akan tercipta bisnis yang sukses.




Minggu, 03 November 2013

Pengembangan BUSINESS PLAN

BUSINESS PLAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pada zaman sekarang ini, makanan ringan sudah bukan menjadi makanan sampingan yang hanya sebagian orang mengkosumsinya. Namun saat ini makanan ringan merupakan kebutuhan sampingan yang diutamakan karena konsumsi makanan masyarakat saat ini sangat besar. Sehingga banyak sekali para wirausahawan baru yang bermunculan saat ini menawarkan produk mereka yang menarik.

Jika di cermati dengan teliti, banyak peluang yang bisa di manfaatkan untuk memulai sebuah bisnis baru tersebut. Tergantung bagaimana membuat inovasi dan kreasi ketika terjun ke bisnis tersebut. Inovasi tanpa kreasi tidak akan sukses, kreasi tanpa di sertai tindakan nyata hanyalah impian semata. Bisnis adalah daerah yang berbahaya, sebelum terjun ke dunia ini kita harus mempersiapkan mental dan modal yang terkadang tidak sedikit jumlahnya.

1.2 Visi dan Misi
Visi :
Menjadikan “TAGO” sebagai makanan inovasi terbaru yang disukai oleh semua kalangan usia.
Misi :
a.    Menjamin dan menjaga kualitas bahan baku yang digunakan
b.    Membuat variasi “TAGO” yang disukai konsumen

BAB II 
LANDASAN TEORI 

2.1 Identifikasi Usaha 

Nama usaha      :  GOOD TAGO
Bidang Usaha    :  Kuliner
Nama Produk    :  TAGO “Tape Goreng”
Alamat Usaha    :  Jl. gotong royong kp. damai 008/05 
Contact person  :  afriliati@gmail.com

2.2 Ruang Lingkup Usaha 

Ruang Lingkup usaha kami ini masih dalam skala kecil jadi baru kami pasarkan didaerah sekitar rumah produksi. Namun, tanggapan masyarakat yang cukup bagus dengan adanya makanan ini, membuat kami optimis bahwa usaha ini akan menjanjikan. 
Tujuan Usaha :
·         Menciptakan lapangan pekerjaan
·         Memenuhi kebutuhan akan konsumsi masyarakat yang tinggi
·         Mendapatkan keuntungan yang menjanjikan dari usaha ini

2.3 Struktur Organisasi 

Sturktur Organisasi didalam usaha ini adalah sebagai berikut :
Manajemen    :  2
Produksi         :  3
Pemasaran    :  3
Keuangan      :  2

2.4 Klasifikasi Organisasi 

CEO (Direktur Utama)
Mengontrol, memonitoring semua kegiatan yang ada dalam perusahaan dan mampu membaca laporan keuangan perusahaan serta dapat mengambil keputusan.

General Manajer
Dapat mengatur seluruh departemen bagian dan menjalankan strategi perusahaan.

Finansial Manajer
Mengontrol dan memonitoring semua yang berhubungan dengan usaha keuangan perusahaan, dan dapat mengatasi semua keuangan.

Production Manajer
Dapat bertanggung jawab terhadap produk dan menginofasikan produk yang akan dijual belikan.

Marketing Manajer
Dapat mempromosikan dan menawarkan produk yang perusahaan miliki melalui berbagai media.

BAB III 
ANALISA MASALAH 

3.1 Modal 

Modal usaha ini berasal dari modal sendiri yakni sebesar Rp. 400.000.- 

3.2 Penentuan Harga Produksi 

       Biaya Bahan Baku                                                           Rp 370.000
       Biaya Penolong                                                                Rp 20.000
       Biaya Operasional                                                            Rp 10.000
Total Biaya Keseluruhan                                                         Rp 400.000

Harga Pokok Produksi TAGO
       TAGO      = Rp 400.000 : 400 = Rp 1000
(sekali produksi akan menghasilkan 400 piece TAGO)         

Penentuan harga jual
       Harga pokok        Rp 1.000
       Harga jual             Rp 2.000
       Laba                     Rp 1.000

3.3 Sumber Daya Manusia 

Untuk saat ini dikarenakan usaha kami masih tergolong baru jadi kami belum akan menambah jumlah karyawan kami, kami akan lebih berfokus dalam mengembangkan usaha ini sehingga bisa lebih berkembang dan semakin dikenal masyarakat luas. seiring berjalannya waktu kami pun akan berjalan menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. 

3.4 Pemasaran

Daerah Pemasaran kami masih dalam skala kecil yakni didaerah sekitar rumah produksi. Namun, kami juga sudah bisa menerima pesanan melalui jejaring sosial. 

BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH 

SWOT
Strenght
·         Bahan yang mudah didapat dan berkualitas
·         Harga terjangkau
            Weakness
·         Produk hanya bertahan selama satu hari
·         Tape sebagai makanan ringan yang belum banyak dikenal masyarakat

            Opportunity
·         Segmen pasar yang baru
·         Minat konsumen akan makanan ringan besar
            Threat
·         Persaingan pasar
·         Rasa belum tentu cocok dengan lidah konsumen

TOWS
Strenght & Opportunity (SO):

          ·        Mempertahankan kualitas bahan yang digunakan untuk TAGO

Weakness& Opportunity (WO):
·        memperluas pemasaran 
·        Perusahaan dapat meningkatkan poduksi.

Strenght & Treat (ST):
·        Perusahaan harus mempertahankan bahan dan produk yang berkualitas agar dapat bersaing dalam dunia pasar.
      
Weakness & Treat (WT):
·        Perusahaan harus membuat inovasi dalam pengemasan dan rasa yang memberikan ciri khas dari TAGO itu sendiri.

BAB V
KESIMPULAN

Usaha TAGO yang merupakan makanan inovasi baru ini akan mempunyai nilai jual yang menjanjikan apabila bisnis ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan aspek SWOT dan TOWS. Dan dengan adanya pemasaran yang berkelanjutan maka makanan ringan ini akan terus dikenal dan dicari oleh masyarakat, dengan terus melakukan usaha yang maksimal dan inovasi terbaru kami yakin usaha ini akan sangat berkembang.